STADIUM GENERAL-MABA FAI 2018

Menjadi Generasi Milenial yang Berpikir Global dan Bergaya Lokal Berdasar Islam Aswaja

13/9/2018- Fakultas Agama Islam Universitas Islam melaksanakan Stadium General dengan  narasumber Prof. Dr. KH. M. Tholhah Hasan. Acara yang diikuti seluruh Mahasiswa Baru FAI sejumlah 575 mahasiswa antusias dalam mengikuti acara.

Kyai Tholhah Hasan memulai perkuliahannya dengan statement Globalisasi, dhahiruhu ni`mah wa baathinuhu adzab. Beliau berujar, bahwa dalam rangka memahami Islam itu harus melalui 3 pendekatan: Pertama, Doktrinal Doktrin Ahlussunnah wal Jamaah harus terus digaungkan, karena doktrin itulah yang sesuai dengan Islam Indonesia. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu Aswaja yang kita anut juga ikut berkembang menyesuaikan tradisi dan modernisasi.

Kedua,  Historis/Kesejarahan Dulu zaman Nabi sudah ada doktrin menjalankan Ibadah tarawih (belum dilakukan secara massif/jamaah), baru dilakukan secara jamaah pada zaman Khalifah Umar bin Khattab dan dilakukan di masjid yang imam pertamanya adalah Ubay bin Ka`ab. Ritual tarawih dilaksanakan 36 rakaat, pada zaman itu.

Ketiga, Kultural/Budaya Sampai pada khalifah ke empat, tidak ditemukan masjid yang memakai menara, baru kemudian pada masa selanjutnya masjid diberi menara. Ini menandakan bahwa kultur masyarakat terus berubah seiring dengan gesekan masyarakat dan zaman. Perjalanan pemahaman Islam yang terjadi merupakan dinamika kultural yang niscaya terjadi. Bagaimana dengan zaman globalisasi ini? Tentu globalisasi juga membawa perubahan dalam perkembangan pemahaman Islam. Arus globalisasi terjadi setelah Barat terbebas dari pengaruh gereja dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga, muncullah globalisasi yang membawa dampak kehidupan pada dunia modern.

Di negara Arab sendiri terjadi DeWahabisasi yang diprakarsai oleh Putra kerajaan Abdullah bin Salman, karena pikiran-pikiran Wahabi perlu dirombak sesuai dengan tuntutan zaman. Orang merasa bangga jika bisa meniru orang lain yang dianggap lebih maju. Hidup kita di zaman Globalisasi ini adalah serba meniru, dan Indonesia termasuk negara yang pandai dalam meniru.

Ciri Masyarakat Global adalah  Masyarakat bebas hambatan, Masyarakat ilmiah (Scientific Society) dan serba bersaing, Dalam hal apapun mulai dari kalangan bawah sampai atas, semua serba bersaing.

Dampak Globalisasi, terhadap gaya hidup masyarakat: Pertama, Materialis, segala sesuatu dihubungkan dengan materi dan serba duniawi. Kedua, Hedonis, segala sesuatu dinilai dari kegunaannya untuk dapat dinikmati, gaya hidupnya senang menikmati materi yang ada. 3. Fenomena kerusakan moral, baik rusak secara individual ataupun secara massal.

Hal ini terjadi karena kehidupan mereka didasarkan pada poin 1 dan 2 yang telah disebut (Material dan Hedonis). Dalam rangka membentengi dampak tersebut, maka kitapun harus berpikir global untuk menyongsong masa depan yang baik. Kita harus tahu, mana hal yang patut kota tiru dan yang tidak, kitapun harus memposisikan diri dalam hal kompetisi, kita harus bersaing secara positif untuk hal-hal yang positif. Sebagai seorang akademisi, maka di kalangan masyarakat Sunni, itu ada tradisi bahwa untuk mencari ilmu tidak cukup dengan ta`allum, tapi juga harus dibarengi dengan taqarrub. Jika dua hal itu dilakukan secara beriringan, maka akan menjadi akademisi yang bermutu Menurut Al Ghazali, ilmu itu terbagi menjadi 3, yaitu: 1. Ilmu Jaaliy (ilmu katon), adalah ilmu yang dapat diperoleh dengan ta`allum, asalkan dilakukan dengan tekun dan teliti. 2. Ilmu Khafiy (ilmu tersembunyi), ilmu yang didapat dengan cara taqarrub dan pembersihan hati rangka memperoleh pancaran ilmu langsung dari Allah ta`ala. 3. Ilmu Laadunniy (ilmu yang tidak disangka), ilmu ini diperoleh dengan dua pendekatan (taqarrub dan ta`allum), sekaligus ilmu ini adalah pemberian langsung dari Allah, dan tidak dapat diprediksi perolehannya.

Tips agar menjadi akadimisi yang  mudah dalam meraih ilmu, maka ada hal yang harus dihindari, ialah: fudhulut tho`am, fudhulu an naum (ngebluk), fudhulul kalaam (gedabrus). Termasuk dalam rangka membentengi diri pada zaman Global ini adalah, tidak boleh lepas dan tercerabut dari tradisi yang kita miliki. Kita harus memiliki karakter khas dalam rangka mengamalkan Islam Aswaja, ialah yang dinamai dengan Islam Nusantara. Islam yang masih menjaga dan menghargai budaya-budaya lokal dalam rangka mengamalkan ajaran Syariatnya, Islam yang dapat beriringan dengan budaya lokal yang ada. Ijazah dari Kyai Tholhah Jika ingin berhasil dalam rangka memperoleh sesuatu (terutama ilmu), maka mulailah dengan puasa tiga hari, Selasa, Rabu, Kamis. (Red.Indra)